Sebagai anak psikologi, saya banyak belajar mengenai apapun yang ada di prodi ini. Salah satunya adalah keterkaitan ilmu psikologi dengan bidang-bidang lain, termasuk dengan ilmu akuntansi.
Mengapa saya perlu menjelaskannya? Karena ternyata masih banyak yang belum paham bahwa kedua bidang ini saling berkaitan. Terlebih dalam dunia kerja yang sifatnya kompleks itu, di mana keduanya harus sangat digunakan lho.
Oke, sebelum membahas lebih lanjut mengenai keterkaitan keduanya, disini saya ingin ngasih sedikit gambaran mengenai masing-masing bidang tersebut.
Perbedaan Psikologi dan Akuntansi
Sebagai mahasiswa psikologi, tentu saja saya sangat paham dong apa itu psikologi. Psikologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang pikiran hingga perilaku seseorang. Ilmu ini berhubungan erat dengan fungsi otak, mental, bahkan segala hal yang dilakukan seseorang.
Contohnya, ketika saya melihat teman tiba-tiba sedih. Pasti ini ada kaitannya dengan proses emosi dia, di mana dia sedih karena ada sebabnya. Ga mungkin dong orang tiba-tiba sedih tanpa ada sebabnya.
Nah, kalau akuntansi itu sistem yang mencatat, mengelompokkan, menganalisis, hingga penyajian informasi keuangan tertentu. Biasanya, penerapan ilmu ini bisa melalui individu, hingga perusahaan.
Tujuan dari akuntansi adalah untuk menyediakan informasi yang akurat dan relevan tentang keuangan tersebut. Lalu, apa hubungannya dengan psikologi? Sini-sini saya kasih tahu. Dibaca sampai akhir yaa penjelasan berikut ini.
Keterkaitan Ilmu Psikologi dengan Akuntansi
Percaya atau tidak, kalau kedua bidang ini sangat berkaitan lho. Oh iya, kenapa kok saya katakan sangat berkaitan? Karena saya pernah belajar mengenai psikologi industri dan organisasi, di mana didalamnya ada yang membahas mengenai psikologi konsumen lho.
Jadi saya cerita berdasarkan pengalaman, bukan karangan belakang. Saya juga sudah 4 tahun kuliah psikologi, bahkan sering observasi perilaku-perilaku tiap orang, termasuk perilaku perusahaan. Oke, langsung saja kita bahas satu persatu 5 keterkaitan tersebut.
1. Pengambilan Keputusan
Pertama, kita bahas tentang pengambilan keputusan. Sebagai seorang akuntan, tentu saja selalu berhadapan dengan angka-angka dan membuat keputusan keuangan yang dapat memengaruhi masa depan perusahaan.
Dalam konteks ini tentu saja terdapat peran emosi dan kognitif. Akuntan harus sering ngasih saran ke klien atau manajemen tentang keputusan keuangan yang besar. Dengan menggunakan prinsip psikologi, maka dapat membantu seorang akuntan membuat keputusan lebih baik.
2. Perilsaya Organisasi
Sesuai dengan pengalaman yang didapatkan selama kuliah, ada yang namanya psikologi industri dan organisasi. Konsep ini menjelaskan bagaimana orang-orang berperilaku dalam sebuah organisasi, baik lingkup kecil maupun besar.
Dalam dunia akuntansi, seringkali kita bekerja sama dengan tim atau organisasi kecil bukan? Nah, kalau kita paham perilaku organisasi, nantinya akan lebih efektif dalam berkomunikasi, memotivasi tim, hingga memimpin proyek.
3. Sistem Komunikasi
Sebagai seorang akuntan yang sering bergelut dengan angka, apakah Anda pernah kebingungan bagaimana caranya menyampaikan laporan keuangan tersebut kepada orang lain, seperti dalam rapat koordinasi.
Nah, disinilah psikologi dapat membantu memahami bagaimana orang memproses informasi dan menyampaikan gaya komunikasi Anda untuk menyampaikannya secara efektif. Misalnya, menyampaikan kepada audiens non-teknis, maka bisa menggunakan bahasa yang lebih santai.
4. Kepuasan Kerja
Psikologi kerja dan industri itu seringkali bicara tentang kepuasan kerja, produktivitas kayak lingkungan kerja yang nyaman, keseimbangan hidup, sampai penghargaan. Biasanya, hal ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang paham bahwa pekerja butuh kenyamanan bekerja.
Nah, akuntan yang paham faktor-faktor ini bisa menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik, meningkatkan produktivitas, serta membantu mengurangi stres pada rekan kerja. Ini sangat penting bagi efisiensi serta kesehatan mental para pekerja lho.
5. Manajemen Emosi
Siapapun pasti akan sangat pusing ketika bergelut dengan angka-angka dalam neraca keuangan. Terlebih ketika tiba-tiba ada masalah dalam keuangan tersebut, seperti minusnya data, tidak adanya transparansi keuangan, hingga masalah-masalah lainnya.
Dalam akuntansi, ternyata kita perlu mengerti bagaimana emosi bisa memengaruhi perilaku keuangan klien atau perusahaan. Dengan begitu, kita bisa kasih nasihat keuangan yang lebih realistis dan membantunya mengelola stres finansial.
Bagaimana ini teman-teman? Sudah tahu kan kalau ternyata psikologi dengan akuntansi itu sangat berkaitan dengan erat. Kedua bidang keilmuan ini ternyata sangat penting untuk diterapkan secara bersamaan kan? Maka jangan ragu untuk terus meng-update keilmuan kita.